Yang paling lama catatan bencana di monumen ini adalah 1776. Catatan itu diambil dari dokumen lama Belanda, membuktikan bahwa di masa lalu Dieng pernah meletus hebat," ujar Dhimas Ferdhiyanto
ADVERTISEMENT Melansir dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Paket B Tingkatan III Modul Tema 2 yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut karakteristik dan pola hidup masyarakat dataran tinggi: 1. Mata Pencaharian. Masyarakat daerah dataran tinggi pada umumnya memanfaatkan alam sekitarnya sebagai sumber mata pencaharian.
Dataranrendah mempunyai ketinggian tempat di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Suhu udara berkisar antara 22ºC-27ºC sehingga termasuk daerah panas. Oleh karena suhu udaranya panas, bentuk rumah di dataran rendah pada umumnya memiliki ventilasi yang lebar dan banyak sehingga memudahkan sirkulasi udara.
Sebab saat musim kemarau suhu udara di dataran tinggi Dieng lebih dingin dibanding sebelumnya. Baca juga: Wisatawan Happy Banget Lihat Embun Es Saat Dieng Minus 1 Derajat Celsius. Utami menyebut, perlengkapan yang harus disiapkan di antaranya jaket tebal, sarung tangan, hingga masker. Selain itu, makan minum untuk menghangatkan badan.
Informasisumber daya lokal yang diperoleh pada usahatani sayuran dataran tinggi di dataran tinggi dieng meliput: 1). sumber daya alam, sumberdaya ini meliputi lahan tanam dengan jenis tanah dan lingkungan alam yang sesuai untuk usahatani sayuran dataran tinggi; 2). Sumberdaya manusia meliputi sikap petani yang mendukung
produk jasa profesi dan profesionalisme dimulai dengan melakukan. ArticlePDF AvailableAbstractKeunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Zam Zam Masrurun, Dyah Meutia Nastiti zamzammasrurun Abstract The uniqueness and nature beauty of Dieng Plateau has attracted tourist visit from local to overseas. This research is aimed to identify travel patterns in Dieng Plateau. The result here shows that Dieng Plateau travel patterns are yet centralized in core zone area which are located in the surrounding tourist object near Warna Lake, Pengilon Lake, and Arjuna Temple. These formed travel patterns is affected by several factor such as the type and characteristics of tourist, tourism site attractiveness, accessibilities, tourism actors and services also duration and activities. As for, most of the tourist visit to Dieng Plateau was identified as a domestic tourist that has projected to increase in the following years. In contrast with that, overseas tourist is projected to be decreased continually. Keywords travel pattern, tourism, Dieng Plateau Abstrak Keunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan. Kata kunci Pola Perjalanan; Pariwisata; Kawasan Dataran Tinggi Dieng Shirvano Consulting, Blunyah Rejo TR II No. 805, Jetis, Kota Yogyakarta 55241, Indonesia 2 Shirvano Consulting, Blunyah Rejo TR II No. 805, Jetis, Kota Yogyakarta 55241, Indonesia Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pendahuluan Dieng merupakan daerah dataran tinggi yang berada di Jawa Tengah dan terletak diantara dua wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Berada di ketinggian lebih dari 2000 meter diatas permukaan laut mdpl, keunikan budaya dan keadaan alam yang indah menjadikan kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai obyek wisata yang diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Daya tarik wisata di Dataran Tinggi Dieng berupa wisata alam seperti bukit sunrise dan telaga warna, atraksi budaya berupa tradisi masyarakat seperti ritual/upacara ujungan dan ruwat rambut gembel, serta pariwisata budaya berupa situs purbakala kompleks candi Hindu sebagai ikon pariwisata di Dieng. Secara historis, sejak abad VII Masehi sebelum masuknya agama islam, Dieng pada masa lampau merupakan salah satu pusat peradaban Hindu. Menurut Soehadha 2013348, keberadaan situs Candi Arjuna menjadi bukti bahwa pada abad VII kawasan Dieng adalah salah satu pusat peradaban Hindu di Jawa. Dieng dikenal sebagai kawasan bersuhu dingin dan menjadi salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KSPN. Kawasan dataran tinggi Dieng ini merupakan ikon serta menjadi kawasan poros sebagai penarik dan penggerak bagi kawasan wisata disekitarnya Andriyani, 2009 3. Menurut Wahyudi 2010 4, sejak memasuki pasar wisata global pada tahun 1970 Dieng telah memiliki positioning sebagai the Nepal of Indonesia, karena memiliki bangunan candi-candi Hindu, serta letaknya di tengah hutan pegunungan yang lebat dan berhawa sangat dingin. Sejak saat itu wisatawan mancanegara mulai mengunjungi kawasan Dieng, terutama wisatawan mancanegara yang datang ke Yogyakarta akan menetapkan Dieng sebagai salah satu tujuan kunjungan, disamping Borobudur, Prambanan dan Surakarta. Berdasarkan hal tersebut, penting untuk dapat diketahui pola-pola kunjungan wisatawan dalam berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Hal tersebut disebabkan oleh karena berkembangnya pariwisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng tentu memberikan dampak yang luas dan signifikan bagi masyarakat. Oleh karena itu, kajian mengenai pola perjalanan berikut diharapkan dapat mendorong pengembangan model pola perjalanan, sehingga meningkatkan lama tinggal wisatawan dalam berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Tinjauan Pustaka Menurut Prakoso 2016, Travel Pattern atau pola perjalanan wisata adalah suatu pola perjalanan yang disusun melalui identifikasi, pemetaan potensi, keanekaragaman daya tarik wisata, serta fasilitas pendukung, aksesibilitas, dan lama tinggal serta jarak menuju suatu daya tarik wisata. Penyusunan pola perjalanan juga telah diatur pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Pasal 5 Ayat 1. Maksud dari penyusunan atau perencanaan pola perjalanan wisata yaitu a Pola perjalanan yang disusun dalam rangka memfasilitasi motivasi kunjungan wisatawan ke suatu kawasan wisata yang berkonsep kelanjutan misalnya desa wisata, b Melalui identifikasi dan pemetaan potensi dan keanekaragaman daya tarik wisata kawasan tersebut dan/ atau kombinasinya dengan daya tarik wisata lain sebagai “pengikat” ataupun komplementer, c Dilengkapi dengan identifikasi terhadap aktifitas Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng kunjungan, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas, serta ilustrasi lama tinggal serta jarak menuju suatu daya tarik wisata untuk memberikan gambaran rencana perjalanan bagi wisatawan. Komponen dari pola perjalanan diantaranya menurut Prakoso 2016, ialah 1 Daya tarik wisata, yakni segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, 2 Aksesibilitas atau sarana dan prasarana adalah semua jenis sarana prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata transportasi darat, laut, udara, penyeberangan, 3 Jasa atau pelaku pariwisata, yakni unsur pelaksana atau jasa terkait yang berfungsi sebagai operator pelayanan kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata tour operator, pemandu wisata, pengelola usaha transportasi, dan lain sebagainya, 4 Durasi dan aktifitas, yakni rentang waktu diperlukan dan aktifitas yang dilakukan wisatawan dalam melakukan kunjungan perjalanan wisata atau program kegiatan. Metode Penelitian Lokasi pada penelitian ini berada pada Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng yang berada pada wilayah administratif Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Teknik pengumpulan data dan informasi yang di lakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, wawancara mendalam dan studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan triangulasi data berdasarkan observasi di lapangan, wawancara mendalam kepada pengelola-pengelola usaha perjalanan wisata di kawasan, serta studi literatur. Hasil dan Pembahasan Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng Wisatawan yang berkunjung ke Kawasan dataran tinggi Dieng terdiri atas wisatawan mancanegara dan nusantara. Adapun jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara wisnus maupun wisatawan mancanegara wisman dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung fluktuatif. Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisnus Disparbud Wonosobo, 2018 Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Disparbud Wonosobo, 2018 Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Jumlah wisatawan nusantara meningkat pada tahun 2016 dan 2018, namun menurun pada tahun 2017. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara cenderung mengalami penurunan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Proyeksi Laju Pertumbuhan Wisatawan ke Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Jumlah kunjungan wisatawan di atas menjadi dasar dalam melakukan proyeksi jumlah kunjungan wisatawan dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan. Jumlah kunjungan wisatawan teridentifikasi dari jumlah wisatawan yang mengunjungi objek-objek wisata di kawasan dataran tinggi Dieng yaitu Dieng Plateau Theater, Lembah Dieng dan Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Adapun jumlah wisatawan tersebut per tahun secara time series ditunjukkan sebagai berikut. Gambar 3. Grafik Perbandingan Wisnus dan Wisman Disparbud Wonosobo, diolah, 2019 Jumlah wisatawan eksisting tersebut diproyeksikan dengan menghitung laju pertumbuhan wisatawan selama empat tahun. Pertumbuhan tersebut menjadi dasar dalam memproyeksikan jumlah wisatawan beberapa tahun berikutnya. Berikut adalah hasil proyeksi jumlah wisatawan dalam jangka waktu 10 tahun kedepan dengan skenario mengikuti tren. TABEL I. Proyeksi Jumlah Wisatawan Nusantara Sumber Analisis, 2019 TABEL II. Proyeksi Jumlah Wisatawan Mancanegara Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Sumber Analisis, 2019 Berikut adalah perbandingan dari proyeksi jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara. Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Analisis, 2019 Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Analisis, 2019 Berdasarkan hasil proyeksi tersebut didapatkan bahwa wisatawan nusantara dalam kurun waktu 10 tahun yaitu hingga tahun 2030 akan bertambah. Laju pertumbuhan wisatawan yaitu 10,3% per tahun. Namun, wisatawan mancanegara diproyeksikan akan mengalami penurunan. Proyeksi tersebut merupakan proyeksi yang dilakukan berdasarkan tren yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan 2015 - 2018. Daya Tarik Wisata Kawasan Dataran Tinggi Dieng Kawasan dataran tinggi Dieng memiliki daya tarik wisata yang terdiri dari atraksi alam, budaya dan buatan. Daya tarik wisata menjadi modal utama dalam pengembangan pariwisata. Daya tarik wisata kawasan Dataran Tinggi Dieng dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimiliki masing-masing objek wisata. Adapun kesamaan atraksi tersebut diidentifikasi berdasarkan aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan dan lokasi tujuan atau perjalanan. Adapun jenis-jenis daya tarik wisata Dataran Tinggi Dieng yaitu a Wisata alam, b Wisata budaya, c Agrowisata, d Desa wisata, e Wisata buatan, dan f Wisata minat khusus. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Atraksi wisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng secara eksisting terkumpul di zona utama kawasan wisata ring 1 kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng yaitu Tuk Bimalukar, Wanawisata Petak 9, Telaga Warna, Telaga Pengilon, Dieng Plateau Theater, Batu Pandang Ratapan Angin, Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Candi, Museum Kailasa dan Kawah Sikidang, serta objek daya tarik wisata yang berkembang pada wilayah-wilayah disekitar kawasan seperti Kawasan Telaga Menjer, Agrowisata Perkebunan Teh, Desa-desa Wisata, hingga perkembangan wisata minat khusus seperti paralayang dan tubing river di daerah di luar kawasan Dataran Tinggi Dieng. Konektivitas, Moda dan Sistem Transportasi Kawasan Dataran Tinggi Dieng Kemudahan aksesibilitas menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam pengembangan kawasan pariwisata. Akses yang mudah akan menarik wisatawan lebih banyak sehingga jumlah kunjungan dapat meningkat. Kemudahan akses ini dapat diidentifikasi dari keberadaan jalan eksisting, sarana pelengkap jalan, dan ketersediaan moda transportasi untuk mengakses lokasi. Akses menuju kawasan Dataran Tinggi Dieng dapat dilalui melalui berbagai rute dan jarak tempuh menggunakan transportasi umum darat dan udara yaitu 1 Melalui jalur kereta api, jarak ke stasiun a Dieng – Stasiun Purwokerto yakni dengan jarak 116 kilometer km, b Dieng – Stasiun Tugu Yogyakarta berjarak 112 km; 2 Melalui jalur udara yaitu pesawat, jarak ke bandara a Dieng – Bandara Adisucipto dengan jarak 117 km, b Dieng – Bandara Adisumarmo berjarak 147 km, c Dieng – Bandara Ahmad Yani memiliki jarak 113 km; 3 Melalui jalur darat bus, jarak ke terminal a Dieng – Terminal Mendolo Wonosobo memiliki jarak 29 km, b Dieng – Terminal Jombor Yogyakarta memiliki jarak 107 km, c Dieng – Terminal Magelang memiliki jarak 70 km, d Dieng – Terminal Bus Tingkir Jalan Raya Salatiga-Solo = ±95 km. Gambar 7. Peta Aksesibilitas Menuju Dataran Tinggi Dieng dari Berbagai Daerah Analisis Penulis, 2019 Kemudahan aksesibilitas kawasan Dataran Tinggi Dieng akan berpengaruh pada integrasi antar objek wisata, aksesibilitas yang mudah dan memadai diperlukan agar kawasan pariwisata dapat saling terintegrasi. Akses jaringan jalan menuju Dataran Tinggi Dieng dilalui oleh jalan Provinsi Jawa Tengah yang tersambung hingga ke Kabupaten Banjarnegara. Jalan utama berupa jalan provinsi ini kemudian bercabang ke jalan-jalan kabupaten dan jalan desa untuk menuju ke berbagai objek wisata yang letaknya tidak di sepanjang jalan provinsi. Kondisi jalan tersebut sudah beraspal dan dapat dilalui dengan mudah. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Gambar 8. Peta Jaringan Jalan Kawasan Dataran Tinggi Dieng Analisis Penulis, 2019 Pola Perjalanan Wisatawan ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pola perjalanan yang terbentuk di Kawasan dataran tinggi Dieng diidentifikasi berdasarkan hasil observasi lapangan oleh tim dan paket-paket perjalanan eksisting dari pelaku usaha wisata. Hasil ini juga sudah mencakup aspek-aspek observasi yang mempertimbangkan daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Pola perjalanan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng saat ini masih berfokus pada objek-objek wisata di Ring 1 satu yakni Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng seperti Telaga Warna Telaga Pengilon TWTP, Bukit Sikunir, Telaga Cebong, Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Theater, Batu Pandang Ratapan Angin maupun Perkebunan Teh Tambi dan beberapa objek lainnya apabila waktu perjalanan cukup panjang. Berikut adalah beberapa pola perjalanan wisatawan menurut estimasi waktu kunjungan 1 Sikunir – Candi Arjuna Dieng – Kawah Sikidang – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 2 Gunung Prau – Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 3 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna Dieng - Kawah Sikidang – DPT – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 4 Gardu Pandang Tieng – Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Sunrise Sikunir – Telaga Cebong – Telaga Menjer – Tambi – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari satu hari wisata; 5 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Sunrise Gunung Prau - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari satu hari wisata; 6 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – DPT – TWTP - Sunrise Sikunir - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari dua hari wisata; 7 Museum Kailasa - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – DPT – TWTP –Sunrise Sikunir - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Tambi – Batu Pandang – Sumur Jalatunda – Kawah Sileri – Telaga Merdada dalam perjalanan lebih dari tiga hari wisata. Berdasarkan identifikasi berbagai pola perjalanan, didapatkan bahwa sebagian besar perjalanan wisatawan masih terpusat pada ring 1. Ring 1 yang dimaksud adalah zona utama di Kawasan Dataran Tinggi Dieng di sekitar Telaga Warna Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Objek-objek wisata lain juga menjadi tujuan wisata namun tidak menjadi tujuan utama. Gambar 9. Pola Perjalanan Wisatawan Dataran Tinggi Dieng Analisis, 2019 Adapun simpulan dari pola perjalanan wisatawan Kawasan Dataran Tinggi Dieng digambarkan dalam gambar 9 pada peta di bawah. Warna merah menunjukkan pusat wisata dan warna abu-abu menunjukkan objek-objek wisata lain yang juga dikunjungi wisatawan disamping objek wisata utama. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Warna abu-abu menunjukkan objek wisata yang umumnya dikunjungi apabila pola perjalanan lebih dari satu hari. Kesimpulan Dataran tinggi Dieng menunjukkan perkembangan perjalanan wisatawan yang cukup signifikan. Jumlah kunjungan dan proyeksi pada kunjungan wisatawan nusantara mengalami peningkatan. Namun, tidak terjadi pada jumlah dan proyeksi kunjungan wisatawan mancanegara. Perkembangan daya tarik juga menunjukkan keberagaman atraksi dan lokasi di luar kawasan dataran tinggi Dieng. Perkembangan dan pola perjalanan wisatawan yang terbentuk ke kawasan dataran tinggi Dieng juga dipengaruhi oleh jenis wisatawan yang berkunjung, yakni sebagian besar kunjungan adalah wisatawan nusantara. Pola kunjungan wisatawan saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Daftar Pustaka Andriyani, D. 2009. Potensi dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo 2019. Data Jumlah Wisatawan Kabupaten Wonosobo 2018 Kementerian Pariwisata. 2010. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor Pasal 5 Ayat 1 Prakoso, A. A. 2016. Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta Soehadha, M. 2013. Ritual Rambut Gembel Dalam Arus Ekspansi Pasar Pariwisata. Walisongo Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 212, 347-364 Wahyudi. 2010. Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. Tesis. Universitas Diponegoro ResearchGate has not been able to resolve any citations for this dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di WonosoboD AndriyaniAndriyani, D. 2009. Potensi dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo 2019. Data Jumlah Wisatawan Kabupaten Wonosobo 2018Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorKementerian PariwisataKementerian Pariwisata. 2010. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor Pasal 5 Ayat 1Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta SoehadhaA A PrakosoPrakoso, A. A. 2016. Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta Soehadha, M. 2013. Ritual Rambut Gembel Dalam Arus Ekspansi Pasar Pariwisata. Walisongo Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 212, 347-364Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. TesisWahyudiWahyudi. 2010. Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. Tesis. Universitas Diponegoro
Keunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan.
- Kondisi alam dan iklim berpengaruh pada berbagai hal yang terjadi di dataran tinggi dan dataran rendah. Kondisi alam dan iklim sangat memengaruhi kehidupan penduduk. Keadaan geografis tersebut di dataran rendah dan dataran tinggi cukup memengaruhi berbagai sisi seperti mata pencaharian, pola makan, sampai ke tata pakaian. Termasuk, jenis masalah lingkungan yang dihadapinya pun berlainan. Pengaruh Kondisi Alam dan Iklim di Dataran Rendah Dataran rendah merupakan daerah datar dengan ketinggian yang hampir sama di semua areanya. Adanya dataran rendah membuat kegiatan manusia sehari-hari menjadi gampang dilakukan. Jenis kegiatannya cenderung lebih dataran rendah, banyak orang melakukan kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, hingga industri. Bahkan, tidak jarang sentra bisnis mudah ditemukan di daerah ini. Mata pencaharian penduduk juga beragam mulai dari berdagang, menjadi pegawai, dan dari buku Antara Aku dan Indonesia Kemdikbud 2017, saat masuk musim hujan, sebagian masyarakat mengolah lahan pertanian. Di daerah ini sangat menggantungkan musim untuk bercocok tanam karena lebih sedikitnya sisi berpakaian, umumnya masyarakat memakai pakaian yang lebih tipis. Suhu udara di dataran rendah lebih sering panas seperti halnya di daerah pantai. Rumah pun didesain dengan lebih banyak ventilasi untuk menurunkan suhu tinggi dan memakai genting itu, dataran rendah juga lebih kerap bermasalah dengan banjir. Penyebabnya banyak lahan yang diubah menjadi pemukiman yang membuat area resapan air berkurang sosial yang kerap menjangkiti dataran rendah antara lain pengangguran, polusi, dan penyakit masyarakat lain. Dan, di Indonesia, rata-rata pusat aktivitas penduduk terdapat di dataran rendah dibandingkan pantai atau dataran tinggi. Pengaruh Kondisi Alam dan Iklim di Dataran Tinggi Berbeda dengan dataran tinggi, wilayah ini adalah daerah yang memiliki sistem pegunungan tersusun memanjang dan masih aktif. Tanahnya cenderung subur, memiliki udara sejuk, air masih melimpah pada kondisi hutan yang terjaga, hingga alamnya balik lebatnya hutan di dataran tinggi, memiliki fungsi sebagai penangkap air hujan catchment area. Air ini berguna mencukupi kebutuhan di wilayahnya dan sekaligus mencegah bencana banjir di daerah bawah dari dataran tinggi juga berguna untuk menahan erosi. Alam di dataran tinggi sering pula dijadikan tujuan wisata dan sekaligus tempat perlindungan flora fauna seperti cagar alam atau suaka kondisi alam dan iklim yang ada, maka dengan curah hujan tinggi maupun suhu dingin, pola makan dan cara berpakaiannya berbeda dengan masyarakat dataran rendah. Masyarakat cenderung memilih makanan yang dapat menghangatkan badan. Berpakaian pun memiliki yang lebih tertutup dan itu, bangunan di dataran tinggi memiliki sedikit ventilasi dan atap dari seng. Penggunaan seng untuk menyerap panas matahari sehingga lebih hangat saat berada di dalam rumah di dataran tinggi umumnya menyebar mengikuti lereng. Mereka hidup berkelompok terutama di daerah yang lahannya subur dan cenderung datar. Meski demikian, pekerjaan masyarakat di dataran tinggi tidak melulu menjadi pekerjaan di dataran tinggi selain petani antara lain buruh, pedagang hasil bumi, jasa pariwisata, peternak, hingga pengrajin. Potensi bisnis di daerah tersebut cukup beragam. Misalnya, adanya perkebunan dan keadaan alam yang memikat, menjadi magnet untuk pengembangan sektor pariwisata. - Pendidikan Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Ibnu Azis
Kita mesti bersyukur hidup di Indonesia, negeri tropis yang cuacanya tidak terlalu panas ataupun dingin. Di banyak negara lain, cuaca dan suhu bisa sangat ekstrim terlalu panas atau terlalu dingin adanya yang menjadi tantangan berat bagi manusia yang hidup di dalamnya. Seperti kita ketahui, suhu terdingin di bumi pernah dirasakan di Kutub Selatan, tepatnya di Stasiun Vostok yang dikelola Rusia. Pada 21 Juli 1983, tempat tersebut pernah mencatat suhu hingga mencapai minus derajat Celcius. Namun begitu, pada dasarnya, stasiun itu bukanlah tinggal permanen. Di banyak tempat di dunia, terdapat permukiman penduduk yang berada di daerah sangat dingin, dan seringkali suhu di kota-kota tersebut mencapai titik yang mungkin tak terbayangkan oleh kita. Berikut ini adalah 8 kota terdingin di dunia yang merupakan tempat hidup manusia, sebagaimana dikutip dari Monumen selamat datang di Verkhoyansk. Foto Becker0804/Wikimedia commons Verkhoyansk, Rusia Penduduk kota ini tak lebih dari orang yang hidup di dinginnya alam liar Siberia. Kota ini didirikan 1638 sebagai pusat pengembangbiakan ternak, serta pertambangan emas dan timah. Terletak 650 km dari kota Yakutsk, dan km dari kutub utara, dulunya Verkhoyansk dipakai sebagai tempat pengasingan para tahanan politik, dari tahun 1860 hingga awal abad 20 karena lokasinya yang begitu dingin. Pada Januari, rata-rata suhunya mencapai minus 14 derajat Celcius, dan Oktober hingga April, suhunya selalu di bawah nol derajat Celcius. Pada 1892, kota kecil ini mencatat suhu ekstrim hingga minus 32 derajat Celcius. Penduduknya selalu menggunakan topi yang terbuat dari bulu hewan, yang menutup kepala, juga jaket tebal. Mereka benar-benar tinggal di rumah jika suhu sungguh tak tertahankan. Hutan di Oymyakon yang tertutup salju dan kabut. Foto Maarten Takens/flickr Oymyakon, Rusia Kota ini penduduknya hanya 800 orang, letaknya sekitar tiga hari perjalanan dengan mobil dari Yakutks. Sekolah-sekolah di kota ini tetap buka meski suhu mencapai minus 12 derajat Celcius. Nama Oymyakon diambil dari nama sumber air panas yang dipakai penduduk selama musim dingin, dengan memecahkan es tebal di atasnya. Pada 6 Februari 1933, suhu di kota ini tercatat mencapai minus 32,3 derajat Celcius. Es yang menyelimuti wilayah International Falls. Foto Rainy Lake/Facebook International Falls, Minnesota, AS Meski tak sedingin seperti dua kota di Rusia, namun kota ini memiliki musim dingin yang panjang dan dingin dengan suhu terdingin mencapai minus 16 derajat Celcius. Suhu berada di 0 derajat hanya selama 60 malam dalam setahun, selebihnya kota ini tertutup salju tebal. Salju di wilayah Fraser. Foto Steve Carlton/flickr Fraser, Colorado Kota kecil ini terletak di ketinggian m dpl di lereng pegunungan Rocky yang dihuni kurang dari penduduk. Fraser adalah salah satu kota paling dingin di Amerika selama musim dingin, dengan suhu rata-rata 0 derajat Celcius. Fraser dan International Falls saling klaim sebagai “Icebox of the Nation” kota es Amerika Serikat. Suhu di International Falls lebih dingin dibanding Fraser pada musim dingin, tapi rata-rata suhu tahunan di Fraser lebih rendah. Lelaki ini bersiap memancing wilayah es Yakuts. Foto Bolot Bochkarev/Visit Yakutsk, Rusia Kota ini dikenal sebagai kota terdingin di dunia. Tempat dengan suhu terdingin di luar Kutub Selatan, ada tak jauh dari Kota Yakutsk di daerah aliran Sungai Yana. Selama musim dingin, rata-rata suhunya berada di bawah 0 derahat Celcius hingga Mei. Di Januari, suhu mencapai minus 28 derajat Celcius. Kota berpenduduk jiwa ini menggantungkan kehidupannya pada industri pertambangan, dan kota ini punya beberapa pusat teater, museum, bahkan kebun binatang. Hell, Norwegia. Foto Tom/flickr Hell, Norwegia Kota Hell, Norwegia dikenal ekstrim karena kombinasi nama dan suhu sub-Arktik. Rata-rata suhu di Januari 2016 adalah minus 4 derajat Celcius. Kota ini populer di kalangan turis, yang datang selama musim dingin untuk selfie di depan stasiun kereta kota. Barrow, Alaska. Foto Zanzabar Photography/flickr Barrow, Alaska Barrow adalah kota paling utara di Amerika yang hanya km dari Kutub Utara, juga berada 514 km di utara lingkaran Arktik. Matahari tenggelam di akhir November dan tak terbit hingga akhir januari. Di musim panas pun, suhu tetap dingin. Kota ini hanya bisa dijangkau melalui udara atau laut. Snag, Yukon, di tahun 1973. Foto RichardBH/Wikimedia Commons Snag, Kanada Terletak di Yukon, Desa Snag ini pernah mencatat suhu hingga minus 62 derajat Celcius pada 3 Februari 1947. Ini merupakan suhu terendah di wilayah Amerika Utara. Suhu rata-rata di Snag adalah 0 derajat Celcius dan terendah minus 12 derajat Celcius. Pastinya, wilayah ini selalu diselimuti musim dingin. Artikel yang diterbitkan oleh
Dataran tinggi Dieng atau Plato Dieng adalah sebuah wilayah di pusat Jawa Tengah yang memiliki ciri geologi, sejarah, dan pertanian yang dinilai khas.[oleh siapa?] Dataran ini diapit oleh jajaran perbukitan di sisi utara dan selatannya, yang berasal dari aktivitas vulkanik yang sama dan disebut Pegunungan Dieng. Pegunungan Dieng sendiri secara geografis berada di antara kompleks Puncak Rogojembangan di sebelah barat dan pasangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di sisi timurnya. Secara kasar dapat dikatakan bahwa wilayah Dataran tinggi Dieng menempati kawasan berukuran lebar utara–selatan 4–6 km dan panjang barat–timur 11 km.[1] Dieng saat matahari terbit Secara administrasi, dataran tinggi Dieng berada dalam wilayah Kecamatan Batur dan sebagian Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, dan bagian selatan dari Desa Pranten, Bawang, Kabupaten Batang, dengan inti kawasan wisata berada pada wilayah Desa Dieng Kulon di Banjarnegara dan Desa Dieng "Dieng Wetan" di Wonosobo. Ketinggian dataran berada pada 1600 sampai 2100 mdpl dengan arah aliran permukaan ke barat daya,[1] menuju ke lembah Sungai Serayu. Dengan suhu udara berkisar 12–20 °C di siang hari dan 6–10 °C di malam hari, meskipun pada musim kemarau Juli dan Agustus, suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari, iklim di dataran tinggi Dieng termasuk iklim subtropis dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas "embun racun" karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Meskipun cukup terpencil, dataran tinggi Dieng telah lama menjadi kawasan pemukiman. Sejumlah bangunan peninggalan abad ke-8 masih dapat ditemukan, baik dalam keadaan masih berdiri ataupun telah menjadi reruntuhan. Diperkirakan, bangunan-bangunan ini berasal dari masa Mataram Kuno awal. Terdapat indikasi bahwa penduduk kawasan ini berada pada pengaruh Kerajaan Sunda Galuh kuno sebelum kemudian dikuasai Medang.[butuh rujukan] Pertanian di Dieng menjadi sumber mata pencaharian utama penduduk. Penanaman sayur-mayur khas pegunungan menjadi aktivitas utama, seperti kentang, wortel, lobak, kubis bunga, bit, dan berbagai bawang-bawangan. Dataran tinggi Dieng adalah penghasil kentang terluas di Indonesia. Tanaman klembak dan purwoceng adalah tanaman penyegar yang khas Dieng, karena hanya cocok untuk tumbuh di kawasan ini.
pola hidup manusia di dataran tinggi dieng adalah